Pengertian ‘Pacaran’
Pacaran adalah bercintaan atau berkasih-kasihan (antara lain dengan saling bertemu di suatu tempat pada waktu yang telah ditetapkan bersama) dengan kekasih atau teman lain-jenis yang tetap (yang hubungannya berdasarkan cinta-kasih). Singkatnya, pacaran adalahbercintaan dengan kekasih-tetap.[vi]
Itulah definisi baku ‘pacaran’ yang dikemukakan oleh Muhammad Shodiq berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Unsur-intinya ada dua: [1] ‘bercintaan’ dan [2] ‘kekasih-tetap’.
> Apa makna ‘cinta’ dan ‘bercintaan’?
Menurut KBBI, cinta adalah kasih-sayang yang mendalam. Ditinjau dari sudut pandang Psikologi Komunikasi, kemendalaman tidak bisa terwujud, kecuali melalui komunikasi antarpribadi dengan orang tertentu secara intensif. Komunikasi massal (dengan banyak orang sekaligus) tidak akan menghasilkan kemendalaman perasaan. Karenanya, menyalurkan ‘cinta’ (atau, tepatnya, kasih-sayang) kita kepada orang2 atau makhluk2 lain sebanyak-banyaknya belumlah memadai ketika kita membutuhkan ekspresi cinta yang mendalam kepada orang tertentu. (Perhatian! Disamping memerlukan kasih-sayang, orang yang pacaran biasanya juga membutuhkan kemendalaman rasa cinta.)
Bercintaan merupakan aktivitas ekspresi cinta dua arah, antara dua pihak. Jika berlangsung secara searah saja, hanya sebatas mencintai, maka aktivitas ini belum tergolong pacaran (belum masuk dalam Musim Panas, tetapi baru Musim Semi). Sedangkan bila dua pihak itu sudah saling cinta, tetapi hanya memendamnya dalam hati (atau menyalurkannya untuk aktivitas lain) dan tidak saling mencurahkan cinta, maka ini pun belum bisa disebut pacaran.
Bercintaan itu tidaklah identik dengan aktivitas baku-syahwat (mulai dari raba2an, sun2an, buka2an, liat2an aurat, rayu2an ‘panas’ yang menjurus ke arah ngeseks, sampai bersenggama). Bercinta itu aktivitas psikologis, sedangkan ngeseks aktivitas biologis.
Bisa terjadi, aktivitas baku-syahwat berlangsung antara sepasang kekasih-tetap yang benar2 saling cinta (dengan kasih-sayang yang mendalam). Pada kasus seperti ini, aktivitas mereka tergolong pacaran, tetapi BUKAN Pacaran Islami.
> Klo makna ‘kekasih-tetap’, apa?
Kekasih ialah teman lain-jenis yang dicintai. (Banyak orang salah-paham, mengira bahwa kekasih ialah orang yang dengannya kita saling cinta. Padahal, walau dapat berlangsung dua arah, cinta bisa pula searah saja. Karenanya, kekasih kita belum tentu mencintai kita.) Tetap adalah selama mungkin, bukan sesaat. Jadi, kekasih-tetap ialah sahabat lain-jenis yangdicintai untuk selama mungkin, bukan untuk sesaat.
Dik, kita kasihi dan sayangi semua kawan kita, tetapi tidak semuanya kita cintai, kan? (Sebagaimana telah kukemukakan, cinta adalah kasih-sayang yang mendalam.) Di antara mereka yang kita cintai itu pun tidak semuanya hendak kita cintai untuk selama-lamanya, meski kita sayangi selama-lamanya. Karenanya, bila kita baru sampai pada tahap naksir si dia, belum memperhitungkan seberapa lama kita akan mencintainya, maka dia belum tergolong kekasih-tetap.
Unsur ‘kekasih-tetap’ itu sudah ada di Musim Semi, dengan aktivitas ekspresi cinta searah. Namun, di dalamnya belum ada aktivitas bercintaan (dua arah). Sebab itu, Musim Semi belum tergolong masa pacaran.
Namun, jika kekasih-tetapmu (sahabat lain-jenismu yang kau cintai untuk selama mungkin) juga menerima kamu sebagai kekasih-tetapnya, maka kalian bisa bersepakat untuk bercintaan secara tetap alias pacaran, dengan komitmen menjalani kebersamaan. Ujudnya bisa apa saja. “Bahkan, ‘hidup bersama tanpa nikah’ pun bisa disebut pacaran (tetapi bukan Pacaran Islami)!”[vii]
> Bagaimana dengan ‘pacaran’ setelah nikah?
Pada hakikatnya, suami/istri pun bisa menjadi sepasang kekasih-tetap pula, selama ada ekspresi cinta dua arah dengannya. Namun, banyak orang merasa keberatan kalau hubungan suami/istri disamakan dengan pacaran. Maklum, nikah itu harusnya lebih dari sekedar pacaran, kan?
Labels : wallpapers Mobile Games car body design Hot Deal
0 comments:
Posting Komentar