SERUMPUN PADI Written by : R. Maladi Serumpun padi tumbuh di sawah Hijau menguning daunnya Tumbuh di sawah penuh berlumpur Di pangkuan ibu pertiwi Serumpun jiwa suci Hidupnya nista abadi Serumpun padi mengandung janji Harapan ibu pertiwi
Memang kalau kuingat-ingat kembali, beberapa kali Malaysia melakukan klaim atas hak Indonesia. Mereka merasa lebih superior ketimbang bangsa Indonesia yang menurut sebagian orang Malaysia dianggap sebagai bangsa penjual manusia (budak/TKI).
Dari sini saja sebenarnya antara Malaysia dan Indonesia memiliki sedikit perbedaan picuan sikap. Ratusan rakyat Indonesia pergi ke Malaysia untuk mencari uang, dengan bekerja ataupun mengorbankan nyawa dan harga diri. Sedangkan orang Malaysia datang ke Indonesia untuk mencari ilmu, belajar di sekolah maupun universitas yang kualitasnya memang lebih baik dan tak tertandingi oleh perguruan tinggi di Malaysia. Kalaupun ada orang Malaysia yang cari uang di Indonesia, mereka umumnya mempunyai status pekerjaan yang lebih mentereng ketimbang orang Indonesia yang kebanyakan jadi jongos/babu.
Perbedaan latar belakang tersebut membentuk perbedaan sikap. Orang Malaysia merasa lebih superior ketimbang orang Indonesia. Melihat kenyataan orang Malaysia mengakui (mengklaim) produk dan budaya Indonesia, tak usah heran. Itulah wujud dari sikap superior yang tumbuh sedikit demi sedikit dari sikap mereka terhadap TKI. Mereka sudah terbiasa merendahkan derajat orang Indonesia. Kebiasaan itu membuat mereka yakin kalau orang Indonesia tidak akan marah terhadap klaim budaya. Orang Indonesia sudah terbiasa dihina, ditindas, dibodohi, diadudomba dan diracuni cara berpikirnya.
Tapi kali ini Malaysia salah kira. Justru sikap merendahkan martabat bangsa Indonesia itu menjadi pemicu bangkitnya nasionalisme rakyat. Malaysia lupa kalau orang Indonesia itu harus digampar dulu, baru sadar. Klaim mereka terhadap beberapa budaya Indonesia merupakan gamparan yang keras. Maka dengan gamparan itu, banyak orang Indonesia yang tersadar akan nasionalisme. Dengan gamparan Malaysia, banyak anak-anak muda yang kini mencoba belajar kembali tentang tari pendet, lagu-lagu kebangsaan, dan memaksakan diri memakai batik. Dengan tamparan telak Malaysia, banyak orang Indonesia yang sadar, betapa mereka terlalu lama lupa akan budayanya, lupa akan harga dirinya, bahkan lupa tentang siapa dirinya sendiri.
Karena itu, sebagai bangsa serumpun, kuucapkan terima kasih kepada Malaysia. Bagaimanapun sikap superioritas kalian yang kadang menjengkelkan, aku merespon dari sisi positifnya saja : Betapa nasionalisme Indonesia menjadi bangkit kembali. Sebab bangsa ini memang bangsa yang harus dilecut, baru bekerja. Harus ditendang, baru sadar. Harus ada yang dibunuh, baru berani melawan
Labels : wallpapers Mobile Games car body design Hot Deal
0 comments:
Posting Komentar